Asal Mula Katak di Bumi Asmat
(cerita rakyat Papua)
(cerita rakyat Papua)
![Hasil gambar untuk legenda katak](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje9nU5bpzMFZ3ORQPkONVU2WYrgw1Lu-hOIpHCMWORdMbw-76APjWNEdSDzKiKCiwo7Ss5-m8d2Ytwbkquy80swQtZsvUikwoCUIeOscrEFis6RToO9LqhlczjaGXOMJuCzSxoGuMEpeA/s1600/kodok-kodok.jpg)
Alkisah,
dahulu di daerah Asmat hiduplah tujuh orang bersaudara yang telah yatim piatu.
Ayah dan ibu mereka telah lama meninggal karena suatu penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
Anak
tertua dari tujuh bersaudara itu bernama Ker. Menyusul di belakangnya, adiknya
yang bernama Okhrobit, kemudian Ovorirat. Anak yang keempat, kelima, dan keenam
semuanya mempunyai sebuah nama, yaitu Beribit Ua,Beribit Enga,Beribit Uco. Dan
yang paling bungsu adalah seorang anak perempuan, bernama Taraot.
Ketujuh
orang bersaudara ini sepeninggalan orang tuanya diasuh oleh neneknya, bernama
Yamsyaot. Nenek Yamsyaot terkenal sangat keras dalam mendidik mereka. Mereka
tinggal di suatu tempat yang terpencil, jauh dari kampung-kampung lainnya.
Nenek Yamsyaot membuat sebuah rumah yang hangat bagi cucunya. Rumah itu terbuat
dari tiang-tiang kayu dan ijuk sebagai tembok dan atapnya. Rumah tradisional
ini terkenal di seluruh Irian Jaya dengan nama honay (honai).
Pada
suatu hari Ker araucasam atakham ( dalam bahasa Asmat, artinya Ker dan
adik-adiknya) turun kesungai untuk mencari ikan. Mereka mempergunakan panah
kecil untuk mendapatkan ikan-ikan. Ikan yang banyak terdapat disungai itu
adalah ikan vet dan bupit. Tetapi ikan-ikan itu pandai menghindar. Mereka
bersembunyi di tepi sungai pada balik batu-batuan di balik batang-batang kayu.
Begitu asyiknya Ker dan adik-adiknya memburu ikan-ikan, tak disadarinya anak
panahnya mengenai ekor dari seekor ikan gabus yang sangat besar. Rupanya ikan
yang akan di bidiknya itu bersembunyi di balik ikan gabus besar yang mungkin
dikiranya batang kayu. Anak panah yang dilepaskan Ker mengenai pangkal ekor
ikan gabus itu. ikan tersebut menggelepar-gelepar kesakitan.
Keenam
saudara itu terkejut dan heran, mereka tidak menyengka akan menemukan ikan
gabus sebesar itu. Setelah diselidiki ternyata ikan gabus itu diikat dengan
seutas tali rotan dibagian kepalanya. Baru teringatlah olah mereka kalau ikan
itu adalah ikan yang dipelihara olah nenek Yamsyaot rupanya ikan itu sudah lama
sekali dipelihara sehingga ikan itu sangat besar dan dapat dimakan oleh satu
keluarga besar.
Ker
merasa sangat menyesal telah melukai ikan itu. nenek sudah dengan susah payah
memelihara ikan gabus itu.sekarang karena ulahnya ikan itu hampir mati.
Disamping menyesal dia juga takut kalau-kalau perbuatannya diketahui oleh nenek
Yamsyaot. Pasti Ker dan adik-adiknya akan dihukum, dikutuk bahkan dibunuh. Oleh
karena itu timbullah niat dalam hatinya untuk membunuh ikan gabus itu. ia akan
menghabisi ikan itu tanpa sepengetahuan nenek Yamsyaot. Tetapi sebelum
menjalankan niatnya, terlebih dahulu ia bermusyawara dengan adik-adiknya. Pada
mulanya adik-adiknya tidak setuju dengan niat kakaknya itu. beberapa hari
kemudian, diadakan lagi perundingan. Akhirnya mereka sepakat untuk mebunuh ikan
gabus yang besar dan gemuk itu.
Dalam
mengadakan musyawara, mereka tidak mengikut sertakan si bungsu Taraot. Taraot
sangat dikasihi oleh nenek Yamsyaot. Ia adalah anak perempuan satu-satunya dari
ketujuh saudara itu. setelah semua rencana ditetapkan, maka mereka menunggu
saatnya nenek Yamsyaot pergi menokok sagu. Tempat itu jauh, biasanya nenek
Yamsyaot pergi untuk beberapa hari lamanya.
Sekarang
saat yang dinantika telah tiba, pagi sekali nenek Yamsyaot telah berangkat ia
berpesan kepada cucunya.
“Ker,
engkau anak yang tertua dalam keluarga ini. Nenek berharap engkau dapat menjaga
adik-adikmu, dan bertanggung jawab atas segala sesuatu sepeninggalan nenek.
Tinggallah kalian baik-baik dirumah, makanlah sagu yang sudah nenek sediakan di
dapur.”
Demikian
pesan nenek Yamsyaot kepada Ker dan adik-adiknya. Kemudian nenek itu berbalik
kepada Taraot, dan menyampaikan pesan pada gadis kecil itu.
“Taraot
cucuku, tinggallah bersama kakak-kakakmu dan patuhilah apa yang dikatakan oleh
Ker. Tetapi bila engkau tidak diperhatikan dan tinggal sendiri, ikutlah nenek ketempat
menokok sagu. Nenek akan memberi tanda (petunjuk jalan) ketempat itu. setelah
berkata demikian berangkatlah nenek Yamsyaot.
Sepeninggalan
nenek itu Ker dan adik-adiknya bersiap untuk menjalankan rencana mereka. Mereka
lalu turun kesungai, mereka membunuh ikan gabus milik nenek Yamsyaot. Ikan itu
kemudian dipotong-potong dan diaduk dengan sagu. Setelah dibungkus dengan daun
sagu (daun rumbia) lalu dibakar. Pekerjaan itu dilakukan tanpa sepengetahuan
Taraot. Bahkan setelah makanan itu masak, Taraot tak diberi sedikit pun. Mereka
khawatir Taraot akan menanyakan dari mana asal makanan itu. Kalau Taraot
mengetahui, pasati ia akan memberitahukannya pada nenek Yamsyaot. Tentu saja
mereka akan dihukum.
Taraot
ternyata mengetahui juga segala apa yang dilakukan oleh kakak-kakaknya. Tanpa
sepengetahuan mereka Taraot telah mengintip pekerjaan mereka. Taraot mendengar
pembicaraan-pembicaraan mereka sejak beberapa hari sebelumnya. Ia baru keluar
dari persembunyiannya setelah kakak-kakaknya menghabiskan makanan itu, ia
berpura-pura lapar sekali. Ia meminta makanan dari kakak-kakaknya. Tetapi
makanan itu sudah habis dimakan. Tak ada sisa sedikitpun untuk diberikan pada
Taraot. Taraot mulai merajuk dan mengatakan, ia akan melaporkan perbuatan
mereka pada nenek Yamsyaot.
“Kakak-kakak
telah memakan makanan yang lezat, akan tetapi tak sedikpun disimpankan untukku.
Biarlah aku akan menyusul nenek”.
Mendengar
kata Taraot, maka Ker berkata” pergilah menyusul nenek.memang hanya engkaulah
yang dikasihinya. Kami akan pergi dari tempat ini dan engkaulah yang akan
mendapatkan seluruh warisannya.
Setelah
berkata demikian, Ker dan adik-adiknya bersiap-siap untuk melarikan diri
sejauh-jauhnya. Mereka berusaha lari sejauh-jauhnya sebelum Taraot menemui
nenek Yamsyaot. Taraot pasti mengadukan perbuatan mereka. Tinggallah Taraot
sendiri. Ia merasa dongkol dan marah. Ia pun segera menembus hutan-hutan sagu
untuk menemui neneknya. Tak lupa ia memungut dan mengumpulkan tulang-tulang
ikan yang di buang kakak-kakaknya. Semua itu akan diserahkan pada nenek
Yamsyaot sebagai bukti perbuatan mereka.
Taraot
akhirnya sampai didusun sagu tempat nenek Yamsyaot menokok sagu. Dari jauh ia
telah memanggil-manggil nama neneknya.
Nenek,nenek!
Kau dimana? Ini cucumu Taraot!”beberapa kali ia memenggil demikian. Akhirnya
terdengar juga oleh neneknya. Nenek Yamsyaot sangat senang mendengar suara
cucunya. Kemudian ia menjawab dengan penuh kegirangan.
“Mari
cucu ku sayang! Kenapa engkau datang sendirian mana, kakak-kakak mu?mengapa
tidak seorang pun yang mengantarkanmu kesini?” maka berkatalah Taraot dengan
sedih bercampur marah.
“Ah….
Nenek. Kakak-kakak itu tidak lagi sayang kepada saya, Mo. Mereka sudah benci
kepada saya. Ketika saya lapar mereka tidak memberikan saya makanan. Bahkan
semua makanan dihabiskan oleh mereka. Itulah sebabnya saya menyusul nenek ke
sini.”
Setelah
mendengar pengaduan Taraot, nenek Yamsyaot meraihnya agar dekat. Kemudian nenek
itu menghibur cucunya.
“Sudahlah
Taraot, jangan merajuk juga. Nanati kita makan bersama-sama disini. Nenek sudah
menyediakan sagu bakar. Juga ada udang yang enak dari kali kecil itu. anak
laki-laki selamanya tak dapat diharapkan. Padahal nenek telah mengatakan agar
mereka sentiasa melindungimu. Ternyata mereka berbuat sebaliknya. Ayo mari kita
makan.”
Kemudian
mereka makan dengan lahapnya, Taraot sangat lapar. Sehingga ia makan banyak
sekali.
Setelah
selesai makan, dalam waktu beberapa saat kemudian kantuk mulai menyerang
Taraot. Ia tertunduk di bawah pohon dan kepalanmya terangguk-angguk. Melihat
cucunya terkantu-kantuk demikian nenek Yamsyaot merasa kasihan. Ia lalu
mengangkat cucunya itu. memangkunya sambil membelai-belai kepalanya. Alangkah
terkejutnya nenek Yamsyaot tak kala suatu benda menusuk telapak tangannya.
Setelah diteliti ternyata sepotong tulang ikan. Rupanya Taraot meletakkan
tulang ikan gabus sisa makanan kakak-kakaknya itu di rambutnya. Nenek
membangunkan Taraot dan bertanya.
“Mengapa
engkau tidak minta tolong kepada kakak-kakak mu untuk mencari kutu di kepalamu
ini? Coba liat banyak sekali tulang iakan di kepalamu, dari mana tulang-tulang
iakan ini?”
“Nenek!
tadi saya sudah katakana, mereka tidak peduli lagi dengan saya tulang-tulang
ikan itu adalah bekas makan mereka yang dilemparkan kekepala saya.”
Demikian
jawab Taraot kepada neneknya. Kemudian dengan manja lagi ia menyusupkan
kepalanya ke bahu neneknya. Tetapi nenek Yamsyaot mendorong tubuh Taraot
kedepan, lalu menanyakan apa sebabnya. Nenek Yamsyaot mulai merasa curiga
ketiaka memperlihatkan tulang-tulang ikan itu. nalurinya mengatakan bahwa itu
adalah tulang seekor ikan gabus yang sangat besar.
Taraot
lalu menceritakan bahwa kakak-kakaknya telah menangkap seekor ikan gabus yang
sangat besar. Menurut dugaanya ikan itu adalah ikan yang dipelihara nenek
Yamsyaot. Ikan itu telah dipotong-potong lalu dibakar, mereka telah
menghabiskan ikan itu. beserta sagunya. Mereka tidak memberi sedikitpun
kepadanya. Mendengar hal itu nenek Yamsyaot menjadi berang, ia lalu bertanya
lagi.
“apakah
ikan itu yang terikat disungai dengan seutas rotan?”
“benarlah
nek. Saya lihat mereka menariknya dengan rotan.”
Mendengar
perkataan itu nenek Yamsyaot semakin marah. Disaat itu juga ia menuduh cucunya
itu bersekongkol dengan keenam kakak-kakaknya. Ia datang kesitu hanya untuk
mengelabui nenek Yamsyaot.
Amarah
nenek itu tak tertahankan lagi. Taraot diangkatnya tinggi-tinggi lalau
dilemparkannya keatas pucuk pohon sagu. Taraot tersangkut disana. Kemudian
nenek yang bengis itu menyuruh cucunya mengeluarkan suara: khar,khar,khar.
Sejak
saat itu Taraot berubah jadi seekor katak, itulah cerita asala mula adanya
katak dibumi Asmat hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tolong komentar yang baik dan mengkritik dengan bijak